Senin, 03 Januari 2011

PARA ROBOT AKAN SEGERA MEMILIKI KULIT LAYAKNYA MANUSIA


LONDON (SuaraMedia News) – Peratech, perusahaan teknologi di Inggris mengembangkan lembaran kulit buatan untuk robot agar lebih sensitif terhadap sentuhan.
Dengan balutan kulit buatan ini, robot bisa merasakan ketika mereka disentuh atau merasakan tekanan dari luar pada tubuh mereka.
Jadi jangan heran jika nantinya kita akan bisa lebih akrab dengan robot kesayangan. Kita bisa menggelitik, membalas pukulan ataupun mengusap mereka dengan lembut. Demikian keterangan yang dikutip dari Cnet, Senin (1/3/20100).
Peratech menggunakan bahan Quantum Tunnelling Composite (QTC) untuk menghasilkan kulit buatan bagi robot yang sensitif terhadap sentuhan.
QTC merupakan bahan baku yang terbilang murah, fleksibel, dan penghantar listrik yang cukup baik. Dengan sifat-sifat ini, QTC dapat membantu robot lebih aktif berinteraksi dengan manusia.
Juru bicara Peratech menyebutkan, robot yang dilengkapi kulit berbahan QTC akan bisa mendeteksi bagaimana mereka disentuh dengan memanfaatkan sensor matriks yang terdapat pada tubuhnya.
Sebelumnya, bahan hasil pengembangan Peratech ini sudah pernah digunakan untuk teknologi sentuhan pada robot astronot milik NASA.
Namun tak hanya di Inggris saja para ilmuwan yang mampu membuat kuli untuk robot. Para ilmuwan di jepang juga meneliti dan membuat hal serupa.
Bahan konduktor elastis yang dipadukan dengan transistor organik telah digunakan ilmuwan di Jepang untuk membuat material-material elektornik yang dapat diregangkan. Mereka mengatakan teknik yang sama bisa digunakan untuk mengurangi biaya material pada struktur-struktur luar alat elektronik yang fleksibel, serta untuk menghasilkan kulit buatan bagi robot dan permukaan-permukaan cerdas yang memungkinkan manusia dan mesin berinteraksi.
Dengan dimpimpin oleh Takao Someya, sebuah tim di Universitas Tokyo menanam tabung-nano karbon dalam sebuah matriks polimer untuk menghasilkan elastomer pertama yang sangat konduktif dan stabil secara kimiawi. “Tabung-nano karbon kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan kekakuan sebuah material. Ini sangat berlawanan dengan material yang kami buat ini,” kata Someya.
Material yang elastis ini dibuat dari “bucky gel”, sebuah pasta hitam yang dibuat dengan melumatkan tabung-nano menggunakan cairan ionik (1-butil-3-metilimidazolium bis[trifluorometanasulfonil]imida). Proses pelumatan mencegah tabung-nano saling lengket dalam kumpulan besar, sehingga membantu mengurangi kekakuan.
Setelah digabungkan dengan sebuah kopolimer fluorinasi, yang menyebabkan material menjadi elastis, gel ini dituangkan dan dikeringkan. Film yang dihasilkan kemudian dilapisi dengan karetsilikon untuk membentuk sebuah konduktor yang elastis. Material bisa dibuatkan lubang-lubang kecil untuk lebih meningkatkan keelastisannya, atau ditancapkan transistor organik di atasnya untuk membuat helaian aktif-elektronik yang bisa tahan terhadap peregangan sampai sekitar 70 persen tanpa adanya imbas terhadap kinerja elektronik-nya.
Para peneliti ini menggunakan printer berskala-kecil untuk membuat sebuah prototipe berukuran 20cm yang menunjukkan kelayakan dan efektifitas biaya dari pendekatan yang mereka gunakan. Someya menganggap proses ini bisa ditingkatkan menjadi skala industri dengan mudah. “Saya tidak melihat ada masalah dalam pembuatan sirkuit-sirkuit terintegrasi yang jauh lebih besar dengan menggunakan konduktor-konduktor elastis ini,” kata dia.
Akan tetapi, tim Someya berharap dapat mencapai lebih dari sekedar material elastis yang murah dan berskala besar. Mereka yakin material yang dibuat ini bisa digunakan pada barang-barang elektronik yang dapat dikenakan, atau bahkan kulit buatan untuk robot-robot tiruan manusia – “kulit” tersebut, misalnya, berkerut dan meregang untuk memungkinkan pergerakan sendi siku. Someya mengatakan elektronika yang dapat diregangkan juga akan menjadi penting pada interfase manusia-mesin di masa mendatang, dimana elastomer-elastomer konduktif bisa digunakan untuk mengendalikan rasa sentuh dari sebuah permukaan yang fleksibel.
“Peneliti ini telah mencapai tipe material komposit inovatif yang bisa menghantarkan listrik bahkan jika diregangkan sampai menjadi tegang,” kata John Rogers, seorang ahli nanofabrikasi di Universitas Illinois, Urbana-Champaign, US.
“Menariknya, mereka juga dapat menunjukkan bahwa konduktor-konduktor seperti ini bisa diintegrasikan dengan transistor organik untuk menghasilkan jenis matriks elektronik yang dapat diregangkan.” tutupnya. Dariberbagai sumber www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar