Bocah itu menjadi pendiri, penulis, editor, wartawan, sekaligus loper koran mingguan antikorupsi miliknya Korupsi rupanya tidak saja memuakkan orang dewasa, bahkan seorang bocah India berusia 12 tahun pun tidak tahan melihat korupsi yang merajalela di negerinya.
Uttkarsh Tripathi rela keluar di pagi hari yang dingin untuk mengantarkan surat kabar mingguan ke rumah-rumah penduduk. Dia bukan loper koran biasa, melainkan
HASIL penelitian terbaru yang dikutip New Scientist menyebutkan bahwa air susu ibu meningkatkan kecerdasan dan potensi akademik anak laki-laki. Namun hal itu tidak pada anak perempuan.
Penelitian oleh Wendy Oddy dari Institute Telethon untuk Penelitian Kesehatan Anak di Subiaco, Australia Barat, dan sejumlah mitra, membuktikan bahwa
Setelah mengikuti The 11th International Robot Olympiad di Daejeong, Korea Selatan pada tanggal 15-21 Desember 2009. Alhamdulillah, Tim Robotik La Tansa kembali mengasah ketajamannya dengan mengikuti ajang Olimpiade Robotik Internasional. Olimpiade kali ini
Tiga penghargaan sekaligus dari Muri (Museum Rekor Dunia Indonesia) diperoleh Bupati Sarmi, Papua, Eduard Fonataba. Pertimbangan pertama Muri, Fonataba dianggap
LONDON (SuaraMedia News) – Peratech, perusahaan teknologi di Inggris mengembangkan lembaran kulit buatan untuk robot agar lebih sensitif terhadap sentuhan.
Dengan balutan kulit buatan ini, robot bisa merasakan ketika mereka disentuh atau merasakan tekanan dari luar pada tubuh mereka.
Jadi jangan heran jika nantinya kita akan bisa lebih akrab dengan robot kesayangan. Kita bisa menggelitik, membalas pukulan ataupun mengusap mereka dengan lembut. Demikian keterangan yang dikutip dari Cnet, Senin (1/3/20100).
Peratech menggunakan bahan Quantum Tunnelling Composite (QTC) untuk menghasilkan kulit buatan bagi robot yang sensitif terhadap sentuhan.
QTC merupakan bahan baku yang terbilang murah, fleksibel, dan penghantar listrik yang cukup baik. Dengan sifat-sifat ini, QTC dapat membantu robot lebih aktif berinteraksi dengan manusia.
Juru bicara Peratech menyebutkan, robot yang dilengkapi kulit berbahan QTC akan bisa mendeteksi bagaimana mereka disentuh dengan memanfaatkan sensor matriks yang terdapat pada tubuhnya.
Sebelumnya, bahan hasil pengembangan Peratech ini sudah pernah digunakan untuk teknologi sentuhan pada robot astronot milik NASA.
Namun tak hanya di Inggris saja para ilmuwan yang mampu membuat kuli untuk robot. Para ilmuwan di jepang juga meneliti dan membuat hal serupa.
Bahan konduktor elastis yang dipadukan dengan transistor organik telah digunakan ilmuwan di Jepang untuk membuat material-material elektornik yang dapat diregangkan. Mereka mengatakan teknik yang sama bisa digunakan untuk mengurangi biaya material pada struktur-struktur luar alat elektronik yang fleksibel, serta untuk menghasilkan kulit buatan bagi robot dan permukaan-permukaan cerdas yang memungkinkan manusia dan mesin berinteraksi.
Dengan dimpimpin oleh Takao Someya, sebuah tim di Universitas Tokyo menanam tabung-nano karbon dalam sebuah matriks polimer untuk menghasilkan elastomer pertama yang sangat konduktif dan stabil secara kimiawi. “Tabung-nano karbon kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan kekakuan sebuah material. Ini sangat berlawanan dengan material yang kami buat ini,” kata Someya.
Material yang elastis ini dibuat dari “bucky gel”, sebuah pasta hitam yang dibuat dengan melumatkan tabung-nano menggunakan cairan ionik (1-butil-3-metilimidazolium bis[trifluorometanasulfonil]imida). Proses pelumatan mencegah tabung-nano saling lengket dalam kumpulan besar, sehingga membantu mengurangi kekakuan.
Setelah digabungkan dengan sebuah kopolimer fluorinasi, yang menyebabkan material menjadi elastis, gel ini dituangkan dan dikeringkan. Film yang dihasilkan kemudian dilapisi dengan karetsilikon untuk membentuk sebuah konduktor yang elastis. Material bisa dibuatkan lubang-lubang kecil untuk lebih meningkatkan keelastisannya, atau ditancapkan transistor organik di atasnya untuk membuat helaian aktif-elektronik yang bisa tahan terhadap peregangan sampai sekitar 70 persen tanpa adanya imbas terhadap kinerja elektronik-nya.
Para peneliti ini menggunakan printer berskala-kecil untuk membuat sebuah prototipe berukuran 20cm yang menunjukkan kelayakan dan efektifitas biaya dari pendekatan yang mereka gunakan. Someya menganggap proses ini bisa ditingkatkan menjadi skala industri dengan mudah. “Saya tidak melihat ada masalah dalam pembuatan sirkuit-sirkuit terintegrasi yang jauh lebih besar dengan menggunakan konduktor-konduktor elastis ini,” kata dia.
Akan tetapi, tim Someya berharap dapat mencapai lebih dari sekedar material elastis yang murah dan berskala besar. Mereka yakin material yang dibuat ini bisa digunakan pada barang-barang elektronik yang dapat dikenakan, atau bahkan kulit buatan untuk robot-robot tiruan manusia – “kulit” tersebut, misalnya, berkerut dan meregang untuk memungkinkan pergerakan sendi siku. Someya mengatakan elektronika yang dapat diregangkan juga akan menjadi penting pada interfase manusia-mesin di masa mendatang, dimana elastomer-elastomer konduktif bisa digunakan untuk mengendalikan rasa sentuh dari sebuah permukaan yang fleksibel.
“Peneliti ini telah mencapai tipe material komposit inovatif yang bisa menghantarkan listrik bahkan jika diregangkan sampai menjadi tegang,” kata John Rogers, seorang ahli nanofabrikasi di Universitas Illinois, Urbana-Champaign, US.
“Menariknya, mereka juga dapat menunjukkan bahwa konduktor-konduktor seperti ini bisa diintegrasikan dengan transistor organik untuk menghasilkan jenis matriks elektronik yang dapat diregangkan.” tutupnya. Dariberbagai sumber www.suaramedia.com
Indonesia tidak ketinggalan dalam pengembangan teknologi robot dibanding negara ASEAN lainnya, meskipun jika dibandingkan dengan Jepang atau Korea masih tertinggal jauh.
“Perkembangan robotika di Indonesia akhir-akhir ini lumayan pesat. Tapi agar lebih mampu bersaing di dunia dibutuhkan dukungan pemerintah yang lebih intens tentunya dengan dukungan biaya yang tidak sedikit,” kata Pakar Mekatronika/ Robotika dari UI, Dr Abdul Muis M Eng di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, dibandingkan dekade lalu sekitar tahun 2000, sangat jarang dijumpai perguruan tinggi yang memiliki perkuliahan yang khusus tentang robot, namun sejak mulai maraknya lomba robot, kini hampir di setiap perguruan tinggi terkemuka memiliki tim robot.
Ia mengatakan, saat ini Jepang masih terdepan dalam dunia robot, namun pengembangan robot untuk generasi mendatang di dunia, diperkirakan akan dipimpin oleh Korea Selatan.
“Korea telah membuat robot center yang sangat besar sebagai tempat pengenalan dan sosialisasi teknologi robot. Setiap sekolah di sana juga diundang dan dibiayai untuk melakukan tur studi ke robot center. Sementara China juga tak kalah cepat perkembangan teknologi robotnya,” katanya.
Sedangkan teknologi robot di Amerika Serikat juga masih terdepan, di mana riset-riset tentang robot dilakukan dengan dana yang tak terbatas dari militer.
Muis yang meraih gelar master dan doktornya di Keio University, Jepang, institusi yang memiliki Ohnishi lab dan dikenal sebagai pioner pengembangan teknologi haptics untuk surgery robot, menyatakan perbedaan signifikan ketika kembali ke Indonesia, di mana ia terpaksa melakukan riset robotnya dengan perangkat yang murah.
“Selama di Keio university, riset yang pernah saya lakukan mengendalikan dua robot mobile manipulator dengan high speed camera, visual tracking, compliant control dan realtime bilateral atau haptics robot,” katanya.
Namun di Indonesia, karena robot berbasis embedded system (mikrokontroller) yang dirisetnya menggunakan sarana ala kadarnya, maka, hanya menghasilkan kinerja dan presisi yang juga sekedarnya saja, ujarnya.
Menurut dia, setidaknya butuh biaya puluhan kali lipat untuk bisa mendapatkan kinerja sebaik yang pernah dilakukan di Jepang.
Sebagai contoh, sensor putaran di ohnishi lab menggunakan laser dengan presisi 360 / 80000 derajat. Sedangkan sensor putaran yang paling tinggi bisa digunakan di sini hanya 360 / 1500 derajat, ujarnya.
Memang di pasaran bisa didapat presisi 360 / 2500 derajat, namun perangkat untuk membacanya tidak bisa dibuat dengan komponen yang tersedia di pasaran Indonesia. (inilah.com/ humasistek)
Meski ujian nasional baru akan berlangsung April 2011 mendatang, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sudah merencanakan standar kelulusan siswa. Salah satu ketentuannya menyatakan bahwa nilai unas bukan satu-satunya penentu kelulusan siswa. Meski begitu, ujian nasional masih menjadi persyaratan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kepala BSNP Djemari Mardapi mengatakan, keputusan itu disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan (SNP). Khususnya pada pasal 72 ayat satu yang menyatakan bahwa kelulusan peserta didik tidak hanya dinilai dari hasil unas semata. “Masih ada tiga kriteria lain yang harus diperhatikan oleh sekolah untuk bisa menentukan siswa itu lulus atau tidak,” katanya.
Djemari menjelaskan, tiga kriteria selain nilai unas antara lain menyelesaikan program pembelajaran, lulus ujian sekolah, dan perolehan nilai baik pada semua mata pelajaran, juga akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, setetika, jasmani, kesehatan, dan olahraga. “Penilaiannya dalam bentuk tertulis, tes perbuatan, dan pengamatan,” tandasnya.
Kata Djemari, setiap nilai memiliki keriteria nilai kelulusan masing-masing. Yaitu ada batas lulus untuk tiap komponen penilaiannya. Ketentuan nilainya diberikan oleh masing-masing pengajar di sekolah. “Oleh karena itu tidak benar bila dikatakan hanya unas yang menentukan kelulusan,” ujarnya.
Menurut Djemari, meski ketentuan sudah disusun sejak lama tapi tidak banyak masyarakat yang memahaminya. Sebab,kebanyakan siswa menjadikan unas sebagai momok dari akhir evaluasi pembelajarannya.
Wakil mendiknas Fasli Jalal menambahkan, meski sudah memiliki panduan rencana unas satuan pendidikan dasar dan menengah tahun ajaran 2010/2011 baru. Kemendiknas tetap menggunakan standar nilai yang sama dengan tahun lalu yakni 5,5 pada setiap mata pelajaran.
Fasli menegaskan, penentuan standar nilai itu belum bisa dinaikkan hingga standar pelayanan minimun (SPM) pendidikan di setiap daerah sudah sama. “Sekarang kan masih belum merata, dan ini butuh waktu. Karena sedang kami tingkatkan daerah mana belum sesuai SPM-nya,” lanut Fasli.
Mengenai kelulusan sekolah, Fasli mengaku tetap memberlakukan kelulusan sekolah sebagai syarat masuk siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. “Kalau dia lulus unas tapi tidak lulus sekolah, tetap tidak bisa mendaftar ke jenjang selanjutnya,” tambah mantan Dirjen Dikti itu.
Sebelumnya, BSNP mengumumkan jadwal unas SMA,MA, SMALB, dan SMK pada 4 hingga 9 April 2011. Dijadwalkan pula unas ulangan untuk jenjang tersebut pada 23-27 Mei 2011. Sementara jadwal unas SMP, Mts, dan SMPLB dijadwalkan berlangsung pada 11 hingga 14 April 2011. Dan unas ulangan dijadwalkan pada 23 hingga 26 Mei 2011. Sedangkan Ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) berlangsung pada 2011
JADWAL UNAS 2011
JENJANG TANGGAL
SMA,MA, SMALB, dan SMK 4-9 APRIL 2011
UNAS ULANGAN SMA,MA,SMKA, SMALB 23-27 MEI 2011
SMP, MTS, DAN SMPLB 11-14 APRIL 2011
SMP,MTS, DAN SMPLB 23-26 MEI 2011
UASBN MEI 2011
CHRISTIANTO Tjahyadi (kanan) menunjukkan cara kerja robot-robotnya di padepokan kawasan Baranangsiang Kota Bandung, Sabtu (14/8). Menurut Chris, Indonesia sebenarnya punya potensi besar untuk mengembangkan dunia robotik ini.* NURYANI/”PR”
Membuat robot ternyata tidak serumit yang dipikirkan banyak orang. Tidak perlu kuliah empat tahun atau pelatihan berbulan-bulan kalau sekadar ingin membuat robot cerdas. Cukup meluangkan waktu tiga hari, siapa pun bisa merakit dan menghasilkan sebuah robot.
Padepokan robot Next System adalah salah satu tempatnya. Di tempat inilah semua orang yang tertarik dengan robot bisa memperoleh pelatihan bagaimana membuat robot dengan cara yang mudah dan sederhana. “Sebetulnya tidak sulit, dalam tiga hari pun siapa saja bisa membuat robot. Artinya dia bisa membuat program, merakit, sampai akhirnya membangun sebuah robot sesuai dengan keinginan pembuat dan membawa pulang robot tersebut,” kata penggagas padepokan, Christianto Tjahyadi saat ditemui di lokasi pelatihan, Sabtu (14/8).
Menurut Chris, Indonesia sebenarnya punya potensi besar untuk mengembangkan dunia robotik ini. Bahkan, tidak perlu mengimpor robot-robot produksi luar negeri untuk memenuhi kebutuhan robot para pegiat robot termasuk sekolah dan perguruan tinggi. “Sayangnya belum banyak orang yang peduli dan berkonsentrasi di bidang ini. Padahal seperti di sini, saya bisa memproduksi robot-robot dengan bahan lokal. Tidak perlu beli robot Lego dari negara lain, kita juga bisa. Harga sudah pasti jauh lebih murah dan yang penting perawatannya mudah. Bandingkan dengan lego yang ketika rusak tidak bisa diapa-apakan lagi, padahal itu investasi,” ujarnya.
Chris menambahkan, pelatihan robotik semacam ini sebenarnya tidak hanya diperuntukkan bagi siswa, guru, dan kalangan akademisi. Para profesional dan orang tua juga bisa mempelajari cara merakit robot. “Ada robotic for kids, for teacher, for parents, dan robotic for family. Bahkan beberapa waktu lalu kami juga sempat melatih para profesional muda di sebuah perusahaan besar. Sebab dengan robot ini kita belajar menyelesaikan masalah, analisis, hingga solusi,” tuturnya.
Salah satu peserta pelatihan dari SMAN 1 Gadingrejo Lampung, Jumiran mengatakan dirinya bersama tiga siswanya sengaja datang ke Bandung untuk belajar lebih banyak mengenai robot.
“Ya mumpung libur juga dan sekalian dalam rangka persiapan menuju Kontes Robot Nasional tingkat SMA Oktober nanti. Pelatihan semacam ini cocok sekali untuk siswa dan saya berharap di sekolah nanti bisa membuka ekskul khusus robotik,” katanya. Salah seorang siswa, Ramadhan Aditya, mengaku sangat senang bisa belajar banyak hal dari pelatihan di Kota Bandung. (Nuryani/”PR”)***